Teknologi Pemingsan Ikan dan Udang


Teknologi Pemingsan Ikan dan Udang

Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr.Sam Herodian menemukan teknologi pemingsan ikan dan udang tanpa air. Teknologi ini menyempurnakan yang telah ada. Selama ini, pengusaha perikanan menggunakan teknik pemingsanan es batu . Sayangnya teknik es batu tidak pratis dan tingkat kematian udang sangat tinggi. Ditinjau dari aspek komersial teknik es batu kurang menguntungkan. Selain es batu, pengusaha juga menggunakan kontrol elektrik sederhana. Penggunaan teknik ini masih ditemui masalah ketidakstabilan.
"Harga ikan hidup empat kali lipat lebih tinggi dibanding ikan mati. Motivasi inilah yang mendorong kami menciptakan teknologi pemingsan ikan dan udang tanpa air," ungkap Dr.Sam. Prinsip teknologi temuan Staf Pengajar Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB ini ialah penurunan suhu dan pengaturan waktu. Tanpa penggunaan tambahan bahan kimia apapun. Pola pemingsanan disesuaikan berdasarkan masing-masing jenis ikan dan udang. Setiap jenis ikan dan udang memiliki suhu pemingsanan berbeda. Misalnya suhu pemingsanan ikan emas 6 derajat celsius, lele 3 derajat celsius, udang windu (Black tiger ) 15,5 derajat celsius.
Pemingsanan ikan dan udang dilakukan beberapa tahapan. Ikan atau udang yang akan dipingsankan ditampung di dalam bak pengkondisi selama 12 jam tanpa diberi makan. "Ikan atau udang dipuasakan setengah hari untuk mengatur proses metabolismenya," ujar Dekan Fateta IPB ini. Air dalam bak pengkondisi disesuikan - keasaman, kadar garam, suhu normal- dengan air tempat udang atau ikan hidup biasa hidup.
Ikan atau udang dipindahkan ke bak pemingsan. Bak pemingsan diisi air sesuai dengan kondisi tempat udang dan ikan hidup atau yang sama dalam bak pengkondisi. Jumlah ikan dalam bak pemingsan disesuikan kapasitasnya. Untuk menjaga kandungan dissolvedoksigen (kadar air terlarut/ DO) tinggi dipasang aerator dalam bak pemingsan. Bak pemingsan dihubungkan dengan mesin pemingsan. Mesin pemingsan menggunakan Water Chiller yang diatur elektrik.
Selanjutnya, dilakukan penurunan suhu dan waktu secara bertahap selama satu sampai dua jam, hingga ikan atau udang pingsan. Saat pingsan, posisi ikan atau udang miring. Suhu pemingsanan dimulai suhu ruang sampai mencapai suhu kritis udang atau ikan . Suhu kritis ini berkisar antara 5 derajat celsius sampai 15,5 derajat celsius. Penggontrolan suhu dan waktu otomatik menggunakan mikro kontroler yang diaplikasikan pada pompa air Water Chiller atau kompressor di mesin pemingsan.
Setelah pingsan, ikan atau udang dibiarkan pada suhu yang telah ditetapkan selama 10 menit -20 menit. Perlakuan ini untuk mendapatkan kondisi pingsan sempurna. "Lebih 20 menit ikan atau udang akan mati," tegas Dr.Sam. Ikan atau udang lalu diangkat. Dimasukkan ke dalam kotak pengemas. Ikan atau udang ditidurkan berjajar di atas media penstabil. Pengusaha perikanan dapat memilih media penstabil seperti gergaji basah atau busa basah.
Kotak kemas dimasukkan dalam kontainer yang telah diatur suhunya, supaya ikan atau udang tidak bangun. "Jika bangun dalam perjalanan, ikan atau udang akan mati. Sebab, mereka tidak menjumpai air." Prinsip dasarnya, ikan atau udang pingsan metabolismenya minimal. Ikan atau udang pingsan dalam kontainer dapat dibawa ke tempat yang dituju menggunakan transportasi darat, laut atau udara. Satu hari kemudian ikan dapat dihidupkan kembali. Caranya sederhana, masukkan saja ikan atau udang pingsan tersebut dalam air. Pelan-pelan ikan atau udang akan bangun dan segar bugar kembali. Dengan teknologi ini peluang hidup ikan atau udang mencapai 80 persen. "Kalau ikan lele dapat 100 persen," imbuh Dr.Sam.
Dr.Sam menjelaskan teknologi pemingsan ini lebih murah, hemat energi dan minim limbah. "Selain itu, transportasi tanpa air mencegah penularan penyakit ikan atau udang dari satu wilayah ke wilayah lain."
Penelitian yang dilakukan tahun 2001 ini sedang dalam proses pematenan. Menurut Dr.Sam pematenan ini penting, supaya pengusaha mau menghargai hasil riset orang lain. Pernah, kata Dr.Sam seorang pengusaha mencoba menjiplak teknologi temuannya, karena menganggap terlalu sederhana. Namun yang terjadi, pengusaha tersebut gagal. Ikan hasil pemingsanannya banyak yang mati. "Kami menggunakan perlakuan khusus dan tertentu, sehingga ikan atau udang tidak mati." Teknologi pemingsanan ikan atau udang milik Dr.Sam ini memperoleh hasil optimal, jika dilakukan dalam satu kesatuan sistem manajemen indutri perikanan. (ris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL PAS PAI SD KELAS 6 SEMESTER 2 BESERTA KUNCI JAWABAN

https://docs.google.com/document/d/1YgelBNTn40RnEtBWlJPdNjvoRcakbbJB/edit?usp=sharing&ouid=101739505118516611094&rtpof=true&sd=true