BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang
diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup.
Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan
pelestarian sumberdaya air harus di tanamkan pada segenap pengguna air
(Effendi, 2003).
Kualitas air secara umum menunjukkan
mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan
tertentu dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke
kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda
dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti
air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas
bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan “subur” justru pada
air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air
dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.
Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu
sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen
(O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. pertukaran
materi ini terjadi pada antar muka (Interface). Ikan-air pada bahan berupa
membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam
jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga
ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa megakibatkan kematian.
Kualitas air adalah istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya:
air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah
uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
Ekosistem air yang terdapat di darat
(inland water) secara umum di bagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentik water),
atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ,
telaga dan sebagainya dan perairan lontik (lontic water), disebut juga sebagai
perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya.
Perbedaaan utama antara perairan lontik dan lentik adalah dalam kecepatan arus
air (Barus, 2003).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum
Manajemen Kualitas Air ini adalah untuk mengetahui parameter kualitas air baik
secara fisika, kimia dan biologi berdasarkan pola diurnal jenis organisme
didalamya dan juga menentukan kesuburan perairan.
1.3 Tempat dan Waktu
Praktikum Manajemen Kualitas Air ini
dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 Juni 2010 ditambak desa Cot Paya Lhoknga Aceh Besar.
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kualitas Air
Didalam manajemen kualitas air adalah
merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada
dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha
perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh
merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Kualitas air yaitu sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas
air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen
terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).
Lima syarat utama kualitas air bagi
kehidupan ikan adalah (O-fish, 2009):
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan
temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Pola temperatur ekosistem air
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran
panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di
tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia)
seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS
yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan
tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres
yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu
rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya
suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu
rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).
2.2.2 Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk
pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah
kandungan cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari
pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana
cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan
suspensi dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari
buangan-buangan industri, rumah tangga, pertanian yang terkandung di perairan (
Chakroff dalam Syukur, 2002).
2.2.3 Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat
penting untuk diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat
mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen
diperairan tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya
maka ikan tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen,
biasanya diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan
dengan perairan dangkal.
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan
kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara
0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa
air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi
pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali
karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada
permukaan yang keras (ICLEAN, 2007).
2.3.2 DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di
perlukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm
proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan
oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari
proses fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari
permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme
(Barus, 2003).
Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran
(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).
2.4. Parameter Biologi
2.4.1. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang
berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari
makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan
(fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan
fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam
laut serta mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena organisme planktonik biasanya
ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring
yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan
ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari
zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu :
megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang
berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan makroplankton; sedangkan
mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm. Ketiga
golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua
golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat
kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang
dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak
dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk dapat menjaringnya
diperlukan mata jaring yang sangat kecil (Nybakken, 1982).
2.4.2 Ikan
Ikan adalah makhluk hidup yang
hidupnya diperairan dan juga ikan merupakan parameter biologi yang dapat
digunakan untuk meneliti parameter kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu
perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan
bahwa perairan itu tercemar atau kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan,
begitu pula sebaliknya, jika suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya
jumlah yang banyak dan beragam jenisnya, maka hal ini menunjukkan bahwa
perairan tersebut tidak mengalami pencemaran dan cocok untuk pembudidayaan.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Praktikum
Metode praktikum
yang digunakan adalah pengamatan lansung kualitas air seperti salinitas, suhu,
pH, kedalaman dan kecerahan sebagai parameter fisika, kimia dan sebagai
parameter biologi berupa pengamatan pada organisme.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat dan Fungsinya
Adapun alat-alat yang dipergunakan
dalam pengukuran tiap parameter dalam praktikum ini antara lain :
1.
Refraktometer
untuk mengukur kadar salinitas perairan
2.
pH
–meter untuk mengukur konsentrasi ion Hidrogen (H+)
3.
Thermometer
untuk mengukur suhu air
4.
Aquadest
untuk kalibrasi alat - alat pengukuran
3.3. Metode Praktikum
Metode
praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode survey, yakni
pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan dan pengamatan terhadap
sample objek yang akan dilihat.
3.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengukuran kualitas
air pada praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu data diperoleh pada pengukuran salinitas,
suhu, dan pH air dilakukan pada pagi hari pukul 07.00WIB dan siang hari pukul
12.00WIB, pada 3 stasiun yang berbeda. Pengambilan
sampel dicatat dalam tabel pada lembaran yang telah dipersiapkan untuk dibuat
sebuah laporan praktikum mata kuliah
Manajemen Kualitas Air.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada prosedur praktikum, penelitian
pengumpulan data dilakukan dengan melalui 2 cara. Adapun data tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan data primer dan data sekunder
3.5.1 Data Primer
Pada data primer adalah data kita yang
diperoleh langsung dari lapangan itu sendiri dimana tempat kita melakukan
praktikum tersebut.
3.5.2 Data Sekunder
Berbeda halnya pada data primer, pada
data sekunder data yang kita peroleh tersebut adalah dari data yang telah
dilakukan penelitian terlebih dulu yang sudah mempunyai data cukup jelas dari
sebuah perairan kolam yang akan kita lakukan praktikum.
3.5.3 Penentuan lokasi sampling
Lokasi sampling yang telah ditentukan
tersebut disebuah kolam yang terletak didesa Cot Paya. Dimana dalam kolam
tersebut kita melakukan penelitian pada 3 stasiun yang berbeda diantaranya pada
stasiun I daerah yang dilakukan penelitian terletak dipinggiran kolam yang
berdekatan dengan pintu pemasukan air, pada stasiun II lokasinya pada sudut
yang banyak ditumbuhi lumut. Pada stasiun III lokasi yang diambil untuk
penelitian terletak dipinggiran ujung tambak yang dasar perairan tambak
tersebut mendapat penyinaran matahari secara langsung.
3.5.4 Pengambilan dan analisis sampel
3.5.4 Sampel air
Sample air yang diambil untuk
melakukan penelitian ini adalah dilakukan dengan 3 stasiun atau 3 sampel air
yang akan diambil yang dapat mewakili keseluruhan luas kolam tersebut.
3.6 Analisa Data
Data-data yang diperoleh dari hasil
praktikum lapang yaitu parameter kualitas air secara fisika, kimia, dan
biologi, dapat kita simpulkan dalam bentuk tabel dan kemudian disajikan dalam
bentuk laporan praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kolam Pengamatan
Jenis kolam pengamatan adalah kolam
tanah, yaitu kolam yang bagian pinggir dan dasarnya dari tanah. Kolam ini
berbentuk empat persegi panjang. Di bagian pematang sebelah selatan terdapat
pohon sebagai naungan. Air yang masuk ke tambak dengan input sebelah sebelah
timur dan sekaligus berfungsi sebagai output. Sumber air pada kolam tersebut
berasal dari anakan muara sungai yang ada dipinggir tambak dengan warna air yang
jernih, jenis tanah adalah liat berpasir. Jenis komoditi yang dibudidayakan
yakni ikan Bandeng (Chanos chanos) dan udang Windu (Penaeus monodon) .
4.2 Data Hasil Pengamatan Kualitas Air
4.2.1 Parameter Fisika
a.Salinitas
Salinitas merupakan berat garam dalam
per kilogram air laut serta ukuran keasinan air laut dalam satuan promil
(mg/liter). Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam
air. Alat yang digunakan adalah Refraktometer.
Adapun langkah-langkah dalam
pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut;
1.
Membersihkan
refraktometer dengan air steril (aquadest)
2.
Air
sampel diteteskan di bagian depan refraktometer
3.
Lihat
angka yang ada pada refraktometer, angka yang merupakan kadar salinitas yaitu
angka yang ditunjukkan dengan batasan warna biru dan putih.
Angka yang diperoleh pada pengukuran
salinitas dapat dilihat pada table dibawah ini;
No
|
Tempat
Pengambilan Sampel
|
Kadar Salinitas (mg/liter)/Waktupengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang (12.00)
|
||
1
|
Stasiun I
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
2
|
Stasiun II
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
3
|
Stasiun III
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
Tabel 1.1 Pengukuran salinitas dengan refraktometer
b. Suhu
Suhu pada perairan tambak ini
tergolong optimum dikarenakan suhu yang baik bagi suatu perairan untuk
pertumbuhan fitoplankton dan organisme lainnya yaitu antara 27°C sampai 31°C,
dan suhu yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan
organisme yang ada diperairan tersebut (Irianto, 2005)
Hasil yang didapatkan pada pengukuran
suhu dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
No
|
Tempat
Pengambilan Sampel
|
Nilai Suhu (°C)/Waktu pengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang
(12.00)
|
||
1
|
Stasiun I
|
28,8°C
|
29,4°C
|
2
|
Stasiun II
|
29°C
|
29,2°C
|
3
|
Stasiun III
|
29,2°C
|
31,5°C
|
Table 1.2 Pengecekan
suhu air dengan thermometer
Dari data di atas sangat jelas terlihat
bahwa nilai suhu di kolam ini didapatkan diperairan tersebut yaitu berkisar
antara 28,8°C sampai 31,5°C. Suhu diukur pada pukul 07.00 wib dan pukul 12.00
wib. Perubahan suhu disuatu perairan dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan
pelepasan panas dari teriknya matahari.
4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Pengukuran pH
pada praktikum menggunakan Ph-meter. Pengukuran dilakukan pada 3 stasiun yang
berbeda. Skala yang digunakan untuk pengukuran pH yaitu dari 0 sampai 14, jika
pH diperairan tersebut 0-14 maka perairan disebut asam dan jika pH diperairan
tersebut menunjukkan 7-14 maka perairan itu basa.
Adapun langkah-langkah pengukuran pH
air dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut;
1.
pH-meter
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan aqudest (air steril)
2.
Masukkan/celupkan
pH-meter kedalam media atau air sampel yang akan diukur
3.
Angka
yang tertera kemudian dicatat kedalam tabel. yang telah disediakan dalam
lembaran petunjuk praktikum.
Hasil yang diperoleh dalam mengukur
pH dapat dilihat pada tabel dibawah ini
No
|
Tempat
Pengambilan Sampel
|
Nilai pH/Waktu
Pengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang
(12.00)
|
||
1
|
Stasiun I
|
7,4
|
7,4
|
2
|
Stasiun II
|
7,2
|
7,4
|
3
|
Stasiun III
|
7,6
|
7,4
|
Tabel 1.3. Hasil pengukuran pH
Hasil yang didapatkan diperairan itu
berkisar antara 7,2 ppm sampai 7,6 ppm dan ini menunjukkan bahwa pearairan yang
telah kita praktikum adalah netral dan sedikit basa. Berarti ini menunjukkan pH
tersebut masih dapat ditolerir oleh organisme didalamnya. pH yang optimum
berkisar antara 6-8 ppm ( Wardoyo, 1981 ).
4.2.4 Parameter Biologi
a. Plankton
Pada pengamatan plankton dalam
perairan lokasi praktikum tidak ditemukannya hasil yang akurat dikarenakan
keterbatasan alat dan sarana praktikum.
b. Ikan
Dalam lingkungan alamiahnya ikan tidak
perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan
kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya
perubahan mendadak. Perubahan yang mandadak dan drastis terhadap parameter kualitas
air pada perairan budidaya seperti suhu, pH, kandungan amonia dll, akan
menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian (O-fish, 2010).
Ikan yang didapat sebagai komoditi utama dan
unggulan dalam pengamatan dilokasi praktikum yaitu ikan bandeng dan ikan nila
air payau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
karakter kualitas air diperairan seperti kadar oksigen terlarut,
salinitas, pH, suhu, kecerahan, kedalaman, sangat mempengaruhi kelangsungan
hidup organisme yang ada diperairan itu. Untuk kadar kualitas air diperairan
harus baik dan memenuhi syarat untuk dapat melakukan kegiatan budidaya.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka
kolam tersebut tergolong dalam keadaan baik artinya kolam tersebut masih dapat
mendukung kehidupan organisme didalamnya.
5.2 Saran
Agar
didapatkan hasil yang maksimal dari budidaya ikan maka diperlukan manajemen
yang baik pada kolam budidaya ikan terutama dalam hal manajemen kualitas air
yang merupakan faktor penting karena air merupakan media hidup bagi organisme
yang dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Kanisius. Yogyakarta
Ferianita, M., Fachrul, Herman H.,
Listari C., S. 2005. Komunitas Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator Kualitas
Perairan Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA, FMIPA-Universitas Indonesia.
Depok
Mahmudi, M. 2005. Produktivitas
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang
Arfiati, D. 2001. Diktat Kuliah
Limnologi. Kimia Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis
Plankton Di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana /S3.
Institut Pertanian Bogor. 2003
Kordi K., M.G.H. dan A.B. Tancung.
2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta
iCLEAN, 2007.
pH.http://www.mysaltz.net. Diakses tanggal 26 Mei 2009.
Irianto, A. 2003. Probiotik
Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Subarijanti, H. U. 2005. Pemupukan dan
Kesuburan Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus